THE PSYCHOLOGY OF MONEY
By: Morgan Housel
It took apparently 1 month to finish this book. I got many lessons I don't want to make meaningless if I keep them to myself. I hope it will keen your financial perspective as it did to me.
Disclaimer: The points I explained below are purely coming from my own perspective. Read at your own risk 😊
Bab 1
Keputusan financial seseorang ditentukan oleh timing (timing plays the role)
Kalo kamu lahir/dibesarkan pas inflasi tinggi = cenderung main aman (invest yang low risk). Sebaliknya, kalo lahir/dibesarkan waktu Inflasi rendah= invest high-risk.
Intinya jangan asal judge keputusan finansial seseorang, karena kesuksesan finansial itu gak ada rumus pastinya. Pilih yang menurutmu sesuai aja sama kondisimu dan goal finansialmu.
Bab 2
Karena keputusan finansial gak ada rumus pastinya, kita gak berhak dong ngejudge keputusan finansial orang lain?
Ya karena yang kita jalani aja belom tentu bener, bisa jadi malah keputusan finansial orang yang kita judge ngehasilin outcome yang lebih bagus….
Karena dalam berinvestasi/atur finansial tuh ada banyak faktor, faktor skill, resiko dan faktor keberuntungan.. Faktor skill bisa dipelajari, faktor resiko dan keberuntungan 2 hal yang gak bisa dihindari dan gak ada rumusnya😎
Bab 3
Nah karena ada faktor resiko dan keberuntungan yang di luar kontrol tadi, kita harus bisa merasa cukup….
Karena hidup gak cuma tentang uang, tapi tentang banyak hal di luar itu…
Kalo kita terlalu mengejar uang dan terobsesi, kita cenderung akan melakukan segala cara bahkan cara yang gak halal sekalipun.
Tapi “cukup” di sini bukan berati gak usaha dan cuma pasrah. Cukup dalam artian tau kapan harus berhenti, kapan harus berusaha lebih keras dari sebelumnya.
Bab 4
Cukup ditandai dengan punya mindset compounding*.
*compounding= melipat gandakan keuntungan
Cirinya:
- Melek Finansial sedini mungkin akan lebih baik, karena dengan begitu kita punya waktu lebih banyak dan gak ngoyo ngejalaninnya. Bicara investasi bicara jangka panjang. Semakin panjang waktu yang digunakan bakal lebih easy. Semakin cepat melek finansial semakin bagus. Semakin dini berinvestasi semakin bagus juga
- Karena berkaitan sama jangka panjang jadi yaudah jangan diliatin mulu yang ngebuat overthinking. Lebih baik investasi terus lupain. Karena ya tadi ada banyak faktor yang menyebabkan finansial naik atau turun. Dan overthinking itu berati terlalu memikirkan hal2 yang di luar kontrol (ga baik)
Bab 5
Yang susah itu bukan jadi kaya tapi mempertahankan kewarasan di tengah kehidupan/market yang ups and downs.
Caranya:
- Gak usah terlalu berekspektasi banyak, planning to fail.
- Terapkan mindset compounding itu bukan mengharapkan big return tapi lebih ke good return. “Good return=cukup”
- Optimis itu perlu ( jadi gak usah overthinking ngecekkin pasar dll karena balik lagi investasi itu jangka panjang)
Bab 6
Penting buat gak down saat kejadian buruk menimpa. Belajar dari kegagalan jangan malah kalah dan menyerah. Bisa jadi emang ada di posisi bawah tapi tetep bisa menang. Karena tadi investasi itu dipengaruhi banyak faktor, ada yang namanya fortune.
Bab 7
Kejadian buruk = ketidak suksesan = tidak bahagia. Itu teori yang salah.
Sukses bukan ukuran buat bahagia. Bahagia itu saat kamu bisa mengontrol waktu. Maksudnya bisa membagi pekerjaan, kehidupan pribadi, waktu buat diri sendiri semua berjalan seimbang.
Punya kontrol terhadap waktu itu dividen tertinggi uang bisa kasih. Ya singkatnya dewanya uang dah.
Bab 8
Kalo kamu punya misi buat cari “pengakuan” dan “rasa hormat” dari orang lain hanya karena harta, kamu ada di jalan yang kurang tepat. Karena ya balik lagi uang tuh bukan dividen tertinggi, lho!
Dibanding fokus ke hartanya mending fokus buat cari pengakuan dan rasa hormat karena sifat dan karakter kita yang baik hati, ramah dll
Bab 9
Karena harta itu adalah sesuatu yang ga keliatan, jadi gimana mau cari pengakuan lewat harta?
Harta tuh beda sama kaya.
Kaya(rich) itu keliatan lah misal punya Ferrari, bajunya bagus, rumah mahal, dll, cuma belom tentu orang kaya itu punya harta. Karena dikebanyakan kasus banyak orang kaya yang maksa terlihat kaya, padahal harus utang dll.
Sedangkan orang yang ber-harta(wealth) itu gak keliatan, karena ya mereka lebih simpan uang/aset, dibanding beli barang.
Buat punya harta itu dibutuhkan self-control. Kalo pikir orang punya harta itu yang pengeluarannya banyak itu salah besar, justru sebaliknya.
Bab 10
Ngomongin wealth itu kaitannya sama saving dan fleksibilitas
Pentingnya saving -> jadi safety net melawan ketidakpastian hidup. Saving tanpa tujuan pun bagus karena bisa menghindarkan kita dari ekspektasi2. Saving berkorelasi sama self control.
Dalam hal ini, saving gak lagi tentang finansial tapi justru psikologi. Selain saving, fleksibilitas itu juga wealth.
Misalnya: fleksibilitas mengontrol waktu, fleksibilitas beradaptasi, fleksibilitas tambah skill.
Apalagi di zaman sekarang skill itu lebih diperhitungkan dari kepintaran. Makannya jangan heran banyak orang pinter tapi nganggur. Karena emang persaingan seketat itu. Dan yang menang adalah yang fleksible
Bab 11
Kenapa kepintaran tuh gak selalu berkorelasi positif sama wealth? Karena ngomongin finansial itu kadang gak perlu rasional, tapi justru perlu reasonable.
Salah satu pengaplikasiannya misal gak melakukan diversifikasi saham saat investasi ( secara rasional mungkin bisa diterima, tapi secara reasonable itu malah bahaya).
Soalnya, gak ada ketidak pastian dan gak ada jaminan kalo kamu bakal untung di masa depan dengan saham yang kamu beli. Data, riset, analisis itu gak menjamin masa depan.
Sedangkan melakukan diversifikasi bisa menyelamatkan saat ketidakpastian terjadi.
Terus kapan harus rasional?
Di point ini rasional lebih dipake saat harus memilih perusahaan sebelumm beli sahamnya ( produknya, jenis industrinya). Sedangkan untuk besaran investasi ditentukan sama reasonable reason alias gak ada patokan
Bab 12
Nah kenapa rasional gak selamanya bener?
Yaps, karena ada ketidakpastian.
Misal data dari tahun 1989 dimana strategi yang dilakukan berhasil belom tentu saat kita terapinn di kondisi sekarang bakal sama hasilnya.
Karena dunia berputar, momen berubah, tren berubah.
Penting buat gak 1000% nyembah sejarawan yang berhasil saat investasi.
Yang boleh ditiru itu semacam cara merespons saat gak stres, cara biar gak rakus dll karena hal2 itu bakal relevan sampe kapanpun.
Sedangkan kalo kita plek ketiplek strategi, sektor/industri yang di beli, besaran investasi. Hal-hal itu akan berubah jadi lebih baik gak diikuti sepenuhnya (perlu adjustment)
Bab 13
Again, dunia berputar. Gak ada yang bisa memprediksi secara pasti tentang masa depan. Namun yang bisa kita lakukan adalah jaga2. Saving, punya dana darurat yang berguna buat ngejaga kita dari ketidak pastikan
Bab 14
Kenapa gak bisa memprediksi dengan akurat?
People are poor forecasters of their future selves.
Contoh dulu waktu kecil pengen jadi dokter-> kerja keras bgt-> jadi dokter-> eh nyesel “Kok gak seindah yang aku bayangin ya?”
Bab 15
Kenapa kita gak bisa serta merta pake rasional saat mengatur finansial?
Ya karena gak ada yang gratis di dunia ini. Pasti ada hal yang harus dibayar. Sedangkan kalo pemikiran rasional pasti mikir semakin dikit ngeluarin semakin baik, padahal ga sepenuhnya bener (karena ada hal yang harus dibayar itu tadi)
Dan kenapa orang suka gak gampang tergoda sama hal-hal berbau investasi?
Karena investasi itu gak keliatan. Beda kalo beli mobil, baju, rumah dll. Wujudnya ada, karena ada jadi gampang tergoda. Padahal kalo dikaji lebih dalam, investasi itu secara gak sadar bawa orang jadi bisa beli ini itu termasuk juga rumah, mobil dll
Bab 16
Kenapa keputusan finansial kebanyakan reasonable reason bukan rational?
Karena keadaan ekonomi tiap orang beda2. Dipengaruhi oleh pendapatan, umur ikut berpengaruh. Jadi ya jangan ikut2an tapi disesuaikan sama keadaan sendiri juga. No size fits all.
Bab 17
Pernah dibahas di Bab sebelumnya kalo dunia berputar. Gak ada yang bisa memprediksi masa depan. Maka penting untuk selalu fleksible.
Nah buat nanggulangin hal-hal di luar kontrol tadi, perlu menerapkan rasa pesimis apa lagi dalam hal keuangan. Karena kalo pesimis justru bakal ngilangin ekspektasi, dan kalopun di masa depan gak sesuai dengan harapan bisa lebih legowo.
Sebaliknya kalo terlalu optimis justru terlalu berekspektasi dan itu jatuhnya gak baik. Sewajarnya aja~
Bab 18
Sebelumnya dijelasin kalo finansial itu berkaitan dengan emosi (reasonable) bukan statistik (rational)
Karena ada namanya appealing fiction, hal yang ditonjolkan dari suatu cerita yang bisa ngebuat orang “ih keren bgt”. Bahasa lainnya ya bumbu biar cerita makin enak~
Contoh:
kesuksesan Warrent Buffet dibumbui sedemikian rupa, gak heran, waktu dipraktekkin hasilnya gak sama.
Appealing fiction nih sama kaya marketing. Dibuat semenarik mungkin biar orang berbondong-bondong terinfluence.
Bab 19
Terus apakah ngikutin track record orang sukses berinvestasi itu salah?
Nope. Gak juga. Mereka punya knowledge, mereka punya pengalaman, punya skill yang sebenernya bisa kita terapin, tapi balik lagi perlu diperhitungkan dan disesuaikan juga sama diri kita dan keuangan kita.
Bab 20
Berani pilih apa strategi keuangan yang membuat tidur tenang. Less worry. Itu strategi terbaik😊 Jadi bukan cuma ikut-ikutan yah.
CALL TO ACTION
Ngomongin finansial itu sama kaya ngomongin hidup. Gak ada rumus pastinya! Makanya, terlalu jumawa kalo kita judge keputusan finansial orang lain.
Jangan karena keputusan finansial orang lain beda dari yang kita anut, artinya mereka salah. Nope. Bisa jadi malah sebaliknya lho! Makanya, kalo udah ngomongin finansial tuh perlu nanemin mindset “Mind your own business”. Sebenernya gak cuma finansial aja sih, ini juga berlaku ke kehidupan in general. “You do you aja!”
Terus kalo orang lain berhasil gimana? Bisa gaksih kita tiru strateginya?
Ya kenapa enggak. Kalo itu bisa buat kamu growth dan thriving kenapa harus gengsi buat gak ngikutin?
Tapi katanya tadi suruh “You do You” aja?
You do you bukan berarti ngerubah kita jadi close-minded ya! Kita harus tetap terbuka akan dunia luar yang mungkin berbeda jauh dari apa yang kita percaya.
Dengan sesuatu yang baru, akan makin membuka cakrawala diri. Alhasil akanpunya perspektif yang lebih baru.
Ingat! Orang sukses itu orang yang fleksible akan perubahan. Dan jadi fleksible adalah suatu aset yang mahal harganya.
Tapi,,,
Jangan terus kita telan mentah-mentah insight dari orang lain. Kita harus kurasi dan filter mana yang bisa kita aplikasiin dan mana yang kurang sesuai.
Karena pada akhirnya keputusan finansial terbaik adalah keputusan yang membuat tidur tenang.
Tambahan
Thank you for reading :)